Kembangkan Budaya,Bupati Pekalongan Jalin Kerjasama Dengan Keraton Yogyakarta
KAJEN - Bupati Pekalongan menghadiri acara Tadarus Budaya - Suluk Bumi Santri ke-3, di pendopo Kecamatan
Kesesi, Sabtu (6/10/2018) malam. Dengan mengusung tema : "Kabupaten
Pekalongan, Budaya Kita..? Masa Depan Kita..?", dihadiri oleh narasumber
Gus Eko Ahmadi (Ketua Umum LESBUMI PCNU Kab. Pekalongan), Camat beserta Muspika
Kecamatan Kesesi dan para Kepala Desa se Kecamatan Kesesi.
Bupati mengungkapkan, ia memahami betul
bahwa membangun itu harus dengan filosofi. Filosofi pembangunan harus kita
ambil, mengapa banyak muncul budaya di Kabupaten Pekalongan? Itu juga kita
ambil filosofinya. “Seperti ketoprak yang malam ini ditampilkan, hal itu betul bahwa
salah satu tugas sesepuh atau ulama adalah himmayatul ummah (menjadi pelindung
umat, menjadi tempat umat untuk menyelesaikan persoalannya),” ungkap Bupati.
Dijelaskan Bupati, antara ulama dengan
umaro harus saling melengkapi. Inilah filosofi yang terkandung didalam
budaya-budaya Kabupaten Pekalongan. Kita akan tumbuhkan tim kebudayaan yang
tangguh di Kabupaten Pekalongan. “Insya Allah nanti pada tanggal 24 akan pentas
di RRI Purwokerto, kemudian di TMII Jakarta. Semua itu adalah para seniman kita,”
ujar Bupati.
Bupati menuturkan, Pemkab Pekalongan
saat ini telah menjalin kerjasama dengan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
terkait budaya. Dimana Raja Hamengku Buwono X sudah menganggap dan sudah
menetapkan bahwa Kabupaten Pekalongan adalah salah satu mitra, salah satu
jaringan terdekat Mataram, karena Panglima Angkatan Laut Mataram pada waktu itu
adalah Ki Ageng Bahurekso yang berada di Kesesi.
“Jadi kita dekat dengan Mataram dan
diakui Kesultanan Yogyakarta sebagai bagian yang penting. Hal itu baru saja
terungkap belum lama ini. Sehingga kemarin tim dari Dinas Kebudayaan Provinsi
Jawa Tengah mengadakan acara di Kajen. Ini bentuk bahwa Kabupaten Pekalongan
dalam konteks entitas budaya juga sudah diakui oleh Keraton Yogyakarta,” terang
Bupati.
Bupati mengutarakan bahwa pihaknya juga
telah melakukan kerjasama dengan 2 Museum terbesar di Rusia, dimana salah satu
Museum itu merupakan terbesar kedua sedunia. Diceritakan, apabila kita keliling
ke Museum itu untuk melihat benda-benda bersejarah tiap benda 5 menit saja,
sehingga untuk bisa melihat keseluruhan benda yang ada di Museum itu memerlukan
waktu 18 tahun karena saking banyaknya benda yang ada di Museum tersebut.
“Kita sudah bekerjasama dan mereka
menganggap bahwa Kabupaten Pekalongan sebagai salah satu point penting untuk
pengembangan kebudayaannya. Jadi kita ini sudah mendunia,” tutur Bupati.
Bupati juga menerangkan mengenai program
blusukan ke desa-desa yang ada di Kabupaten Pekalongan. Menurutnya, keliling ke
daerah-daerah (sonjo deso) adalah dalam rangka untuk menguatkan kembali bahwa
membangun tidak lepas dari aspek kebudayaan, termasuk budaya bagaimana kita mengembangkan
budaya yang nanti akan kita jadikan wisata kuliner yaitu Apem.
Apem Kesesi ini, kata Bupati, yang
membuat orang Kesesi tetapi terkenalnya Apem Comal. Hal itu sudah menjadi hal
yang biasa seperti Batik. Batik di seluruh Indonesia bahkan dunia yang membuat
itu kita di Kabupaten Pekalongan, tetapi diakuisisi menjadi Batik Kalimantan,
Batik Papua, Batik Sumatera, bahkan Batik Cirebon, Batik Solo, Batik Jogja dan
lain sebagainya. Semua itu sebenarnya buatan (made in) Kabupaten Pekalongan. Yang
penting adalah bahwa karya masyarakat kita memiliki latar belakang sejarah yang
luar biasa.
Di akhir sambutannya, Bupati
menyampaikan informasi penting yakni bertepatan dengan Hari Santri yakni
tanggal 22 Oktober 2018, Pemkab Pekalongan akan melaunching Kampung Quran di
Desa Proto Kecamatan Kedungwuni.
Disebutkan Bupati, bahwa di Desa Proto
terdapat 99 orang yang hafal Al-Quran. Tidak hanya kyai atau ustad saja, akan
tetapi tukang becak, tukang menjahit, petani seluruhnya di desa tersebut hafal
Al-Quran. Akan saya buat monumen Kampung Quran.
Post a Comment